Kesenian Toraja disebut Gau’
Tendengan atau Gau’ Pa’ Tendengan bersumber
atau berdasarkan dari falsafah hidup dan kehidupan masyarakat Toraja yang
keseluruhannya nampak dalam kehidupan Aluk Todolo sebagai tempat berpijaknya
seluruh kebudayaan Toraja. Masing-masing kesenian tersebut mempunyai fungsi,
waktu dan tempat pemakaian tertentu yang tidak boleh dicampur adukkan
terutama yang menyangkut kesenian pemujaan, kedukaan dan kesenian kegembiraan.
Kesenian Toraja dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
- Seni Tari (Gellu’- gellu’)
a. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tanda kegembiraan (perkawinan,
menyambut tamu terhormat dan lain-lain), yaitu : Tari Pa’ Gellu’,
Tari Pa’ Bone Balla’, Tari Pa’ Lambu’ Pare,
dan lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tari pemujaan atau penyembahan,
yaitu : Tari Pangnganta’, Tari Bondesan, Tari Burake dan lain-lain.
c. Untuk upacara Rambu Solo’ sebagai tarian untuk mengenang
/ memperingati seseorang yang telah meninggal dunia karena keberaniannya
dan keagungannya semasa hidupnya, yaitu : Tarian Ma’ Randing
(Tarian Perang).
- Seni Suara / Musik (Pa’ Kayoyoan
atau Passuling-suling)
a. Untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Pa’ Geso’-geso’,
Pa’ Oni-oni, Pa’Tulali, Pa’ Karombi dan lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Solo’, yaitu : Massuling Marakka, Ma’
Dondi’, Memanna’ dan lain-lain.
- Seni Tari Paduan Lagu dan Suruling
(Gellu’- gellu’ di Gamarai atau Gellu’- gellu’
di Sulinggi).
a. Untuk upacara Rambu Tuka’ dengan tujuan sebagai pemujaan
dan penyembahan, yaitu : Tari Manimbong, Tari Ma’ Dandan, Tari
Ma’ Bassen-bassen, Tari Ma’ Bugi’ dan lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Solo’ dengan tujuan mengenang yang meninggal
yang berisi doa, yaitu : Tari Pa’ Badong, Tari Ma’ Katia
dan lain-lain
- Seni Hias atau Dekorasi (Pa’
Belo-belo)
Masyarakat Toraja mempunyai bentuk tersendiri dalam seni hias (dekorasi)
disesuaikan dengan fungsinya dan falsafah serta keyakinan hidup masyarakat
Toraja. Penggunaan penempatan / pemakaian bahan tidak dilakukan dengan
sembarang karena setiap bahan yang digunakan mempunyai arti yang tersendiri.
Bahan-bahan yang sering digunakan adalah :
a. Barang-barang pusaka dan perhisaan Toraja
b. Tenunan-tenunan pusaka yang dianggap keramat dan bertuah
c. Kain-kain yang berwarna tajam, yang disesuaikan dengan warna dan
tempat pemakaian seperti warna merah dan putih dapat dipergunakan
dimana saja, warna kuning untuk upacara Rambu Tuka’ dan warna
hitam untuk upacara Rambu Solo’.
d. Rautan-rautan bambu yang berbentuk lidi berbelit-belit yang disebut
Pangarru’-arru’.
e. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai arti tersendiri menurut Aluk Todolo,
yaitu:
- Pusuk (daun ijuk / kelapa mudah)
- Tabang (daun semacam palem yang merah daunnya) dianggap mempunyai
nilai magis
- Belo Bubun (semacam palem yang berwarna kuning hijau).
- Kambunni’ (sejenis tanamam perdu yang terdapat digunung-gunung)
- Seni Sastra (Tantanan Kada/Kada-kada
Tominaa)
Dalam seni sastra Toraja agak berbeda dengan daerah lain di tanah
air, hal tersebut nyata pada gaya yang terselip alam pengungkapannya
menggunakan gaya bahasa Paralelisme dan Sinonisme sehingga dua kalimat
yang diungkapkan tersebut hanya mempunyai satu arti dan hubungan pengungkapan
itu sangat serasi (enak didengar). Juga dalam pengungkapanya berbentuk
prosa dengan menggunakan gaya bahasa Allegoris yaitu mempergunakan
bahasa Toraja tinggi. Penggunaan seni sastra tersebut pada upacara
Rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’. Dalam masyarakat Toraja
dikenal beberapa sastrawan dalam beberapa tingkatan, yaitu : Tomina
Bakaa atau Gora Tongkon (sastrawan yang didaktis), Tomina Burake (ahli
sastra religius), Tomina Sanda (ahli sastra yang religius dan estetis),
Rangga Kada (ahli membuat alasan dan kata-kata yang menarik).
Beberapa ungkapan sastra Toraja menurut arti dan tujuannya, yaitu
:
a. Puisi atau syair yang terdiri dari 2 atau 3 bait yang jumlah tiap
bait tidak tentu jumlahnya yaitu :Londe Tomangngura (Pantun orang
muda), Ponto Bannang (Pepatah), Passimba (Sindiran), Karume (Teka-teki)
dan lain-lain.
b. Prosa Lirik untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Ma’
Gellong (mantra dan doa) dibawakan oleh Panggala Gelong, Mangngimbo,
mantra dan doa dalam pemujaan atau penyembahan yang dibawakan oleh
Tominaa atau To Indo’ Padang, Massonde, pujian untuk menyukuri
kebesaran dan kemuliaan Tuhan juga untuk menghibur orang sakit, Ma’
Ulelle’, isinya mengandung nasihat
c. Prosa Lirik pada upacara Rambu Solo’, yaitu : Ma’ Kakarung,
Sumengo, Ma’ Retteng, Mangimbo, Umbating dan lain-lain.
- Seni Pahat (Pa’ Paa’),
Seni Anyam (Panganan), Seni Tenun (Pa’ Tannun), Seni Tempa (Pa’
Tampa)
- Seni Bangunan (Manarangngi)
Seni Bangunan bagi orang Toraja disebut Manaranggi sedang ahli bagunan
disebut Tomanarang (To = orang, Manarang = pintar)
- Seni Ukir (Passura')
|